22 May 2020

Corrupted Mind


Judul postingan ini gue ambil dari salah satu buku yang salah satu isi babnya membahas tentang corrupted mind atau bahasa indonesianya yaitu pikiran yang korup.


Kita semua pasti mempunyai pikiran yang korup di era modern sekarang ini. Bukan dalam artian kalian mengkorupsi uang yang bukan hak milik kalian loh ya. 

Tapi yang mau gue bahas kali ini yaitu gaya hidup  mewah yang berkaitan dengan corrupted mind.


Contohnya, seperti gue ingin membeli jam tangan Patek Phillipe/Rolex ketimbang jam tangan merek tempe. Padahal fungsinya sama, yaitu sekadar untuk menunjukkan waktu saat ini. 


Apa sih yang membedakan? 


Karena jam tangan tersebut bermerek?


Terlapisi oleh berlian?


Mungkin masih banyak hal lainnya. Tapi ya balik lagi, fungsi utamanya hanya satu kan? Hahaha.


Contoh lain, ketika kita datang ke restoran mewah. Mungkin di benak kita untuk anak-anak muda saat ini, pasti ingin mengabadikan momen tersebut dengan memfoto makanan tersebut lalu disebarluaskan ke media sosial. Salah kah? Ntah, gue nggak bisa jawab. Balik lagi ke persepsi kalian dalam menanggapi hal tersebut.


Merasa bahagia dengan memposting makanan mahal lalu membagikan momen tersebut ke media sosial? Apa bahagia karena bisa merasakan makan di restoran mewah? yak, jawabannya ada di diri kalian sendiri karena kalian yang merasakan.


Kita itu manusia haus akan gengsi, dan kita pun merasa kalau pakai barang branded itu membuat kita merasa bahagia dan percaya diri. Persepsi kita akan barang branded itu pasti sama,  menganggap barang tersebut something dan ada valuenya. Sama halnya dengan kita makan di restoran mewah lalu di unggah di sosial media. Seolah kita menaruh kebahagian pada sesuatu yang WAH lalu di pamerkan ke orang lain.


Gue kutip sedikit dari buku yang gue baca :


Menggantungkan kebahagiaan pada apa yang kita konsumsi, apa yang kita beli, apa yang kita pakai. Padahal sekadar untuk bahagia saja sebenarnya sederhana. Hanya saja persepsi kita akan bahagia itu, kita yang bikin rumit dan mahal.


Manusia cenderung ingin di akui di masyarakat dan dengan melakukan hal-hal yang menarik perhatian orang lain, lalu kita pun akan merasa bahagia. Seolah-olah barang branded yang kita pakai itu hanya sebagai topeng agar orang lain tidak meremehkan kita. Padahal pikiran kita yang membuat persepsi seperti itu. Faktanya belum tentu kan?


Yak itu sudah masuk artian dari corrupted mind yang gue maksud.


Sebenarnya gue pun merasa nggak pantas untuk menulis ini, karena pribadi gue juga berbanding terbalik dengan apa yang gue tulis ini. Gue pun ya senang dengan barang-barang branded dan senang juga memfoto makanan lalu di unggah lewat media sosial. Tapi setelah gue baca banyak dan memahami dari corrupted mind ini, gue pun menyadari bahwa bahagia itu bukan di tentukan oleh hal-hal yang mahal. Melainkan dengan hal-hal yang sederhana pun kita sudah bahagia. Dan belajar untuk menerima diri sendiri dulu.


Sekian dulu postingan kali ini.

0 comments:

Post a Comment